14/11/2014

Violet en Gris

Reality. Fact. But it was gone.
Everyone has their own stories, it will become as memories, can't be forgotten as long as you still breath.
No exception, it happened to me, as an usual woman who didn't know about love before.
I'm sure that each part of my life, will make me to be a mature person who always learn about the precious of time.
Proudly to present this poetry ...

--- Violet en Gris ---
Diketik dalam Lembar 21x29,7 cm
Karena "tulisan tangan" dalam "kertas diary" masih membuatku trauma

Jabat tanganku , dan kenalkan
Akulah perempuan sejati
Yang ketika mencintai
Hanya bisa memendamnya dalam hati

Dan, hari ini
Aku masih perempuan sejati
Yang pintar memendam dalam hati
Sejak, hati mudaku dalam putih abu-abu
Hingga kini menjadi kelabu karenamu


Mengenalmu, membuatku cukup tahu
Bahwa ada jantung yang berdetak lebih kencang dari biasanya
Ada hari yang biasa, kemudian kau spesialkan dengan hadirmu
Bahkan, sadarkah jika sebenarnya sepotong hatiku
Juga telah ikut bersamamu

Hey ! Tampan !
Ini bukan tulisan cengeng tentang bait sendu
Ini tentang indahnya masa muda kita dulu
Masa kita ketika sama-sama lugu dan polos
Kita belajar memintal cinta bersama, tentu kau yang jadi gurunya
Salah tingkahku, hanya matamu yang bisa mengajarkannya
Pernah kau sodorkan "kotak" dengan malu dan membuatku bahagia
Ahh... Sungguh bahagia kala itu dan tak bisa kulukiskan
Namun, cukup mampu kau lukiskan dalam senyum dan binar mata ini

Tidak hanya itu, lingkungan kita juga baik
Semuanya masih menjaga agar raga ini tak salah melangkah
Namun, masih bisa kurasakan cinta itu nyata
Tanpa harus kau pegang dan genggam tangan ini

Bagiku, kau tetap guru hati yang sempurna
Tak hanya kau kenalkan bahagia, canda dan tawa
Tapi, kau juga mengajarkan dengan baik 
tentang ..........

"Tentang apa?"
"Luka, sakit, kecewa, tangis?"
"Sial, jahat sekali dia."

Bukan.
Ada tiga hal yang lebih membuatku cidera

"apa?"

Dia ajarkan 
Harapan, Komitmen dan Menunggu
Sampai saat ini aku tak pernah mengerti 
Tentang semua itu !

"Sadis, lebih sakit kurasa"
"Tapi, apa lantas kau menyesali"
"Pernah mengenalnya?"

Bukan, bukan itu yang aku sesalkan
Tapi, kenapa aku pernah memberi "rasa" ini padanya
Rasa ini dia yang memupuk, tapi mengapa dia pergi ketika sudah mengakar
Bisa kau bayangkan perihnya?

"Pernahkah kau menyalahkan Tuhan?"
"Dia yang menciptakan rasa"
"Dia juga yang menghilangkannya"

Aku tak pernah salahkan siapapun 
Tak pernah pula tiga tahun itu sia-sia
Tak pula sesalkan tentang indah yang dilukisnya
Bahkan, jika ini luka
Sebagai perempuan masih sanggup aku obati sendiri

Entah mengapa, Tuhan itu Maha Baik
Masih menegurku dalam surat-surat itu
Sedikit demi sedikit
Justru membuatku menjadi pribadi yang lebih baik

Layaknya hati
Saat ini mengenalmu adalah benci
Indah yang kau lukispun luntur
Hari indahku telah kau bagi dengan yang lain
Maaf, Terima kasih dan Semoga
Bersama yang lain mengabadikanmu dalam kebahagiaan
Yang tak bisa kuberi

Kini dan nanti, Aku tetap perempuan sejati
Yang ketika mencintai hanya bisa memendam dalam hati
Mengunci, menjaga dan mendoakan
Tidak mengumbar agar tak hambar
Menunggu dipilih, tanpa bisa memilih

Tuhan tak pernah salah membolak-balikkan rasa
Dialah sebenar-benarnya guru tentang cinta
Yang mengajari tepat pada waktunya
Dan tepat pada tempatnya

Tuhan mengajari pula
Tentang cinta yang salah, kemudian Dia belokkan
Disitulah agar mengerti sabar dan menunggu
Bukan tentang jarak dan waktu
Tapi untuk mempersiapkan hati dan sikap yang baru
Hingga Tuhan hadirkan sosok cinta yang kau tunggu
Buah dari kesabaranmu

-- Selesai 14 November 2014, 20.16 --

Il rend mes larmes tombent, pas causée par la tristesse, mais ça me fait touché 
Maintenant ce est seulement d'être mémorable
Merci beaucoup :')

8 comments: